Nasehat Untuk Tukang Parkir


Ada hikmah yang sudah biasa didengar atau disampaikan oleh para pembicara dan penulis tentang tukang parkir, “belajarlah dari tukang parkir, meski dia mengelola banyak kendaraan, motor, mobil bahkan mobil-mobil mewah, tapi dia tak pernah sombong, karena dia tau, bahwa kendaraan-kendaraan itu semua sekedar titipan, titipan yang harus dijaga dan diamankan, yang kelak akan diambil kembali oleh para pemiliknya,” kira-kira demikian kalimat hikmah yang sering kita dapatkan dari sikap tukang parkir.

Kita hidup didunia ini seyogyanya menyadari bahwa kita pada hakekatnya tidak memiliki apa-apa, harta benda, rumah , mobil, anggota keluarga bahkan diri kita sendiri pada dasarnya adalah bukan milik kita. Semua itu adalah titipan dari Allah SWT kepada kita. Sehingga kita memperlakukan segala hal itu sebagai titipan dengan sebaik-baiknya, bersikap dan menempatkan segala hal itu sesuai dengan kepemilikannya. Kita tidak boleh sombong, ujub, terlalu berbangga diri dengan segala hal yang kita miliki, karena pada dasarnya semua itu adalah titipan yang pada suatu saat kelak akan diambil kembali oleh pemiliknya.

Harta akan habis atau hilang, anggota keluarga yang kita cintai pada suatu saat akan pergi, bahkan diri kita pun pada suatu saat akan dipanggil kembali kepada Tuhan penciptanya. Semua yang ada didunia ini adalah fana, tak ada yang kekal dan yang kekal hanyalah Allah SWT Sang Pemilik Kehidupan. Kira-kira seperti itulah  hikmah yang dapat diambil dari pelajaran tukang parkir tersebut.

Nah, kali ini akan coba mengetengahkan hikmah lain dari tukang parkir dari sudut pandang yag berbeda. Hikmah ini diawali dari sebuah cerita, dimana ada seseorang yang berkunjung kesalah satu toko mainan anak-anak dengan menggunakan sepeda motor. Dia datang hendak membeli beberapa mainan anak-anak. Sesampainya di depan toko dia parkir motornya agak berjarak dengan motor-motor yang lainnya, tepat disisi disamping pagar toko. Setelah memarkir motornya dia lantas masuk kedalam toko kemudian memilih dan membeli beberapa mainan anak-anak.

Setelah selesai membayar harga mainan di depan kasir, dia keluar dan menuju motornya, tampak dia mengeluarkan dua keeping uang logam Rp 500,- dari kembalian kasir tadi. Uang itu digenggamnya, mungkin maksud dia untuk tukang parkir nanti kalau ada. Karena biasanya disetiap depan toko pasti ada tukang parkir.

Setelah itu dia memutar motornya menghadap ke jalan raya hendak kembali, dia tak melihat ada tukang parkir yang mendekatinya. Setelah menghidupkan motor dia melaju sekitar 3-4 meter hingga ke tepi jalan raya, tiba-tiba tampak disana ada seseorang berdiri memandanginya. Dia memandang sekilas orang tersebut, namun orang tersebut diam saja dan diapun diam saja, tak mau ambil pusing, dia terus melaju dengan santainya meninggalkan lokasi itu dengan dua keeping uang logam masih digenggaman tangannya. Sambil terus melaju ia bergumam, “Kalau mau uang  ya kerja.” Orang yang berdiri ditepi jalan raya tadi adalah tukang parkir.

Kalau dilihat dari kisah tukang parkir diatas. Kita mendapatkan informasi bahwa rukang parkir tersebut tidak bekerja sebagaimana mestinya. Sebagai tukang parkir seharusnya dia bertindak sebagai tukang parkir yang sigap dan melakukan tugasnya dengan baik. Ketika pelanggan datang (orang yang membawa motor) semestinya dia segera menyambut dan mengarahkan si pemilik motor untuk memarkirkan motornya ditempat yang baik yang telah dia atur dan merapihkannya. Hal ini sebagai bentuk pelayanan atau setidaknya untuk menunjukkan bahwa areal tempat itu adalah areal parkir yang dia kelola.

 Selanjutnya dia menjaga motor tersebut didekat areal yang dia kelola, kemudian ketika sipemilik motor tadi telah selesai dengan urusannya dan kembali hendak mengambil motornya, tukang parkir semestinya mendekati dan membantu si pemilik motor mengeluarkan motornya dan mengatur arah lalu lintas (jika kondisi agak ramai). Baru kemudian dia meminta dan menerima dengan baik uang jasa parkirnya.

Dari kisah diatas kita bisa mengambil hikmah bahwa hidup kita ini diberikan banyak fasilitas oleh Allah SWT. Segala kebutuhan hidup kita disediakan di dunia ini. Selain itu Allah SWT juga telah memberikan bekal kemampuan akal dan fisik kepada kita untuk berfikir, berbuat dan bekerja dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup kita di dunia ini. Sehingga dengan fasilitas dan bekal kemampuan tersebut seyogyanya kita bisa dengan baik bekerja dan memenuhi kebutuhan kita.

Manusia sebagai mahluk ciptaan Allah yang terbaik hendaknnya melakukan yang terbaik dengan kemampuan yang kita punya sesuai dengan profesi kita. Rizki yang kita harapkan akan datang ketika kita menyediakan alasan rizki itu sampai ditangan kita dengan berkerja. Kerja yang sungguh-sungguh dan kerja yang keras akan turut menentukan hasil dari usaha kita, meskipun tidak semua kerja keras dan sungguh-sungguh itu berbuah hasil sesuai dengan harapan kita, karena sesungguhnya rizki itu bagian dari rahasia dari Allah SWT.

Kalau kita tidak bersungguh-sungguh dalam bekerja, maka kecil kemungkinan rizki itu kita dapatkan sesuai harapan kita. Apalagi kalau kita tidak bekerja sama sekali, hanya berangan-angan mendapatkan harapan, itu bisa dikatakan mustahil didapatkan.

Disamping itu, kehidupan kita didunia ini waktunya terbatas. Kalau kita bekerja dengan kualitas asalan, maka kemungkinan hasilnya juga berkualitas asalan. Kalau dalam waktu yang terbatas itu kita tidak meniatkan kerja-kerja kita itu sebagai ibadah kepada Allah SWT maka merugilah kita, karena waktu yang tak bernilai pahala. Umur bertambah dan waktu tersisa semakin sedikit, namun pahala amal tak bertambah.

Alangkah baiknya jika segala aktivitas kerja kita diniatkan sebagai ibadah kepada Allah SWT, sehingga selain bernilai pahala disisi-Nya, kita akan berusaha melakukan yang terbaik atas kerja-kerja kita karena kita sedang beribadah kepada Allah SWT. Kita ingin ibadah kita benar-benar diterima oleh Allah SWT, dan bernilai terbaik dari seluruh rangkaian waktu-waktu kita dalam bekerja itu. Dan hasilnya tentu aka lebih nikmat kita syukuri.
Wallohua’lam.
Nasehat Untuk Tukang Parkir Nasehat Untuk Tukang Parkir Reviewed by Beni Sumarlin on 06.55.00 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.