Polemik
lulusan Perguruan Tinggi yang tidak bisa mendaftar menjadi PNS menimbulkan
keprihatinan bagi kita semua, terutama bagi penyelenggara pendidikan. Namun
disisi lain, ini seyogyanya menjadi evaluasi bagi penyelenggara pendidikan di
berbagai stratanya. Polemik Program Studi BK di STAIN Curup dan Program Studi Olahraga yang
berbeda dengan Penjaskesrek bisa menjadi
salah satu sumbu pemantik bagi seluruh jajaran praktisi pendidikan untuk meninjau
kembali program-program dan target pendidikan masing-masing. Penyelenggara
pendidikan di berbagai disiplin ilmu perlu memperhatikan dan menimbang
keselarasan produk pendidikannya dengan kebutuhan yang ada.
Begitu pula bagi
penyelenggara pendidikan yang masih belum menyelesaikan syarat akreditasi
program pendidikanya harus ditinjau dan ditelusuri apa penyebabnya. Apakah
dikarenakan sulitnya mendapatkan idzin dan rekomendasi akreditasi, atau apakah
karena tingkat kompetensi program studi yang diusulkan tidak sesuai dengan
ketentuan yang berlaku di kementrian pendidikan, atau bahkan disebabkan oleh pejabat
penyelenggara pendidikan tersebut yang enggan mengurus akreditasi program studi
pendidikanya. Nasib mahasiswa yang sedangmenempuh pendidikan dan lulusan
program studi tersebut kelak yang menjadi taruhan. Wajar saja kalau mahasiswa
yang merasa dirugikan melakukan penuntutan dan melapor kepada pihak kepolisian.
Disisi lain, ini
menjadi evaluasi besar pula bagi penyelenggaraan pendidikan secara umum. Dari beberapa formasi lowongan
yang tersedia, masih ada lowongan yang kosong tanpa seorangpun pendaftar,
sedangkan di pos lowongan yang lain terdapat terlalu banyak pendaftar. Artinya
ini tidak memiliki keseimbangan atara lulusan pendidikan dengan kebutuhan PNS
yang ada di pemerintahan.
Khusus di Bengkulu
dari sekitar 1.300an pendaftar hampir separuh dari peserta berasal dari luar Propinsi
Bengkulu, dari data yang disiarkan oleh Harian Rakyat Bengkulu ada 734
pelamar yang berasal dari Bengkulu dan ada sekitar 556 pelamar yang
berasal dari luar Propinsi Bengkulu. Artinya meskipun masih didominasi oleh
pendaftar internal Bengkulu namun rasio presentasenya tidak terlalu jauh, hal
ini memicu kompetisi antara peserta dari dalam dengan luar daerah. Dari
kompetisi ini pula nanti akan diperoleh perbandingan tingkat kompetensi lulusan
Bengkulu dengan kompetensi lulusan luar Bengkulu. Sekali lagi ini bisa
dimanfaatkan sebagai bahan evaluasi pendidikan di Propinsi Bengkulu.
Momentum penerimaan
PNS ini menjadi salah satu bahan evaluasi pendidikan bukan tanpa dasar, sebab
setiap tahun perguruan-perguruan tinggi di setiap daerah selalu mewisuda ribuan
mahasiswa, baik program diploma maupun sarjana. Beberapa point evaluasi yang
patut kita soroti bersama yaitu :
Pertama, Evaluasi program
pendidikan di Perguruan Tingi
Ini setidaknya meliputi
tingkat akreditasi program pendidikan hingga manajemen dan pengelolaan program
pendidikan. Bukan saja STAIN Curup yang harus segera melakukan evaluasi dan
pembenahan, namun kampus lainpun mesti melakukan evaluasi dan pembenahan pula,
siapa tahu ternyata ada program lain di kampus-kampus tertentu yang juga masih
bermasalah status akreditasinya. Jangan sampai dikemudian hari masih ada lagi
kasus serupa terjadi. Pihak-pihak yang berwenang seperti Dinas Pendidikan
Tinggi (DIKTI) dan Dinas Pendidikan Daerah harus segera bertindak cepat
menyelesaikan permasalahan ini.
Disisi lain
pelajar-pelajarpun sebaiknya mulai
kritis menilai Perguruan Tinggi yang akan menjadi pilihan kuliahnya
kelak. Orang tua siswa dan pihak sekolah
juga tentunya tidak ingin anak didiknya kelak bernasib sama seperti mahasiswa
program studi BK di STAIN Curup sekarang.
Kedua, evaluasi tingkat
uapaya pencapaian kualitas lulusan perguruan tinggi
Hal ini perlu
dilakukan melihat kebutuhan pasar kerja yang berbasis kompetensi dan kemampuan
lulusan. Perguruan Tinggi seyogyanya terus berusaha semaksimal mungkin mencapai
target kualitas dan kompetensi mahasiswanya, jangan terkesan hanya menjalankan
pendidikan sekedarnya saja, atau hanya mencapai target-target semu nilai di
atas kertas tanpa melihat kualitas kompetensi mahasiswanya. Selain kualitas dan
kompetensinya, perlu juga penanaman dan penguatan kembali karakter dan moral
serta rasa kebangsaan, agar mahasiswa memiliki karakter yang baik dan peduli
terhadap permasalahan bangsa dan negera.
Lulusan Perguruan Tinggi yang memiliki karakter dan moral yang baik
serta memiliki kualitas dan kompetensi yang unggul diharapkan kelak menjadi
pengisi di pos-pos pemerintahan yang ada, sehingga perbaikan pengelolaan
pemerintahan berjalan dengan baik dan produktif, tingkat korupsi bisa ditekan
dan kesejahteraan rakyat meningkat. Melahirkan sosok mahasiswa seperti ini
sangat penting dan semestinya menjadi agenda utama perguruan tinggi, karena
mereka inilah kelak yang akan berperan aktif menyelesaikan permasalahan bangsa.
Para dosen, guru besar dan pengelola pendidikan tinggi bertanggungjawab penuh
terhadap ini semua. Guru besar dan dosen-dosen jangan hanya terjebak pada modul-modul
kuliah tanpa memperhatikan permasalahan bangsa dan negara, serta peran
pencerahan kepada mahasiswa sebagai generasi penerusnya.
Ketiga, evaluasi
penyelenggaraan pendidikan dasar dan menengah
Hal ini sangat
penting sekali, mengingat produk perguran tinggi input-nya berasal dari pendidikan dasar dan menengah, sejauh mana
kualitas lulusan pendidikan dasar dan menengah, sebesar itupula kualitas input yang masuk dan didik di perguruan
tinggi. Apalagi dalam waktu dekat ini akan diadakan evaluasi penyelenggaran UN
tahun 2013. Ditengah penyelenggaraan UN yang banyak menuai masalah yang menjadi
sorotan dari berbagai pihak.
Keempat, evaluasi orientasi
pembangunan pemerintah daerah
Pendidikan merupakan
agenda utama jika sebuah bangsa ingin mencapai kejayaan dan kemakmuran.
Sampai-sampai hal ini diamanatkan dalam UUD 45. Sehingga peningkatan kualitas Sumber
Daya Manusia Indonesia harus selalu menjadi prioritas utama program pemerintah
di samping sektor ekonomi dan kesehatan.
Pembangunan daerah harus berorientasi
pada peningkatan kualitas SDM. Misalnya, jika pemerintah ingin menggulirkan
kebijakan baru, maka harus ditimbang apakah manfaatnya bagi pendidikan anak
bangsa, jika pemerintah ingin membangun kawasan pasar, mall-mall atau tempat
hiburan, maka perlu diperhatikan apa efek social bagi anak bangsa. Jika
pemerintah hendak melakukan pembangunan fisik, akses hubungan dengan kawasan
lain dan lain sebagainya, maka jangan lupa analisis kesiapan anak-anak bangsa
dan masyarakat sekitar dalam menghadapi perubahan yang kelak ditimbulkan,
apakah banyak memberikan manfaat atau banyak memberikan mudharat. Di sini
penulis bukan bermaksud tidak bersepakat dengan pembangunan disegala bidang
yang dilakukan oleh pemerintah, namun oreintasi pembangunan harus tetap mengacu
pada peningkatan Sumber Daya Manusia, dan agar dilakukan antisipasi sedini
mungkin terhadap efek negative yang dikemudian hari akan dihadapi. Karena
sesungguhnya setiap generasi akan mewariskan generasi selanjutnya, tinggal
generasi selanjutnya itu lebih berkualitas dan lebih baik atau malah lebih
buruk, hal itu tergantung dari bagaimana cara generasi sekarang menyiapkan dan
memperlakukannya saat ini.
REKRUTMEN PNS, EVALUASI BAGI PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN
Reviewed by Beni Sumarlin
on
15.50.00
Rating:
Tidak ada komentar: