[Puisi] Kidung Kemenyan

Ilustrasi. sumber : atemalem.com


Ada kemenyan membakar dupa menyala, aromanya semerbak khas mistis. Asap tipisnya membumbung keangkasa, menyebar menggerayangi cakrawala, atmosfer tersedak oleh aromanya.

Angin berhenti bertiup seketika, kala roma dupa menyelimuti mayapada, sesak nafas manusia-manusia, linglung dibuatnya seketika.

Tiba-tiba merasuk fikiran iblis, mengganti baju berlapis menjadi tipis, sunggingkan senyum sinis, pada kerabat dan sahabat bengis.

Itu tak hanya terjadi padamu, tapi juga padaku, padanya dan mereka juga. Aroma kemenyan menyebar meracuni fikiran, racun mistinya merubah segala cinta jadi bengis secara drastis.

Aku limbung, engkau limbung, terseok dalam kekacauan fikiran dan sikap permusuhan. Aroma dupa hilangkan akal sehat kita.
Ini bukan candu narkoba yang menyiksa pinta saat tak ada, ini bukan tuak yang hilangkan kesadaran pembangkit muak. Kita sama-sama limbung dengan fikiran linglung oleh aroma dupa kemenyan yang merasuki jiwa.

Siapakah pembuat kemenyan? Siapakah penyebar kemenyan? Pertanyaan ini sedikitpun tak terlintas difikiran. Hanya kehebohan, kekaguman, keterkejutan, dan keterpanaan.

Dan saat dupa semakin merajalela, merasuk meracuni ingatan, kita jadi pelupa atas semuanya.

Kita lupa kejadian kemarin, saat papa meminta dibalik meja, kita lupa pada tanya tentang cerita kopi sianida, kita lupa pada kereta yang datang dari mana, kita lupa pada sawah ladang kini milik siapa, kita lupa waktu itu saaat entah siapa ditangkap pada apa yang ia tak tau, keluarganya tergugu dalam pilu.

Kita lupa pada api sekam dalam tambang Irian yang berkobar diam diam, kita lupa pada lumpur yang menggelegak tak terukur, kita lupa pada anak kandung bernama yuyun oleh apa yang menyebabkanya terbujur dalam jurang, kita lupa pada semuanya. Racun kemenyan menginsomnia.

Saat daya ingat kita mulai menguat, aroma dupa kembali mencuat, dan kita akhirnya lupa lagi.

Kidung kemenyan bersenandung menghanyutkan, membuat kita matilemas tak berkekuatan, tariannya membuat kaki tersandung, hentakkanya membuat badan tersungkur, mayat-mayat membujur.

Bagaimana cara mengusir aroma dupa yang telah menyesak merasuk racuni jiwa raga, dan telah memeluk kita disetiap saatnya? Kapankah angin darat bertiup kencang, usir dupa kemenyan ketengah lautan?

Di depan tivi saat nonton MetroTV, 29 Desember 2016
[Puisi] Kidung Kemenyan [Puisi] Kidung Kemenyan Reviewed by Beni Sumarlin on 08.57.00 Rating: 5

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.