Ilustrasi. Cretive.com |
Sobat, siapa saja tentu
memerlukan rumah untuk tempat tinggal. Memiliki rumah yang nyaman, aman, sejuk,
indah dan layak ditempati merupakan pilihan yang diinginkan siapa saja. Bahkan
mungkin sebagian dari kita ada pula yang mendambakan rumah yang megah dan
mewah.
Tak ada yang melarang seseorang
memiliki rumah megah dan mewah. Bahkan salah satu sarana orang bisa menikmati
hidup dan berbahagia adalah memiliki rumah yang luas. Rumah yang luas akan
memberikan sudut pandang yang luas pula bagi penghuninya, berbeda dengan rumah
yang sempit, jarak pandang mata tentu
mentok membentur dinding – dinding ruangan pada jarak yang pendek.. Hehe.
Orang cenderung merasa jenuh jika
terus menerus berada di dalam ruangan yang sempit, dan akan merasa lebih nyaman
ketika berada di tempat yang luas. Beraktivitas di tempat terbuka cenderung
lebih mengasikkan dari pada beraktivitas di dalam ruangan terus menerus.
Seseorang yang ingin menyegarkan diri tentu mencari tempat terbuka, melihat pemandangan di alam terbuka dengan sudut pandang sejauh pandangan matanya.
Nah, Pilihan sebuah rumah yang
akan ditempati menjadi sangat penting ketika berbicara masalah kenyamanan dan
pembentukan suasana hati serta kejiwaan penghuninya. Alam fikiran dan perasaan
seseorang bisajadi dipengaruhi oleh tempat dimana dia tinggal.
Namun, kalau melihat dari luas
atau sempitnya sebuah rumah, juga mewah atau sederhananya sebuah rumah, tentu ini
berkaitan dengan faktor ekonomi masing-masing penghuni. Orang yang memiliki
uang banyak atau orang berduit alias orang kaya, tentu akan mampu memiliki
rumah mewah dan luas karena uang yang dimilikinya mampu memenuhi hal itu.
Namun bagi orang dengan tingkat
ekonomi menengah ke bawah tentu tidak mudah memiliki rumah yang seperti itu.
Lantas apakah ini artinya orang miskin dan menengah ke bawah tidak akan
mendapatkan kenyamanan dan keluasan pandangan karena tidak luasnya rumah yang
mereka tinggali?
Tentu tidak demikian. Belum ada garansi jika rumah luas dan mewah
lantas orang yang menempatinya akan bahagia dan memiliki perasaan yang bahagia.
Belum tentu juga orang yang rumahnya sempit kehidupannya pun terasa sempit.
Nah dalam hal ini saya coba ingin
mengetengahkan fenomena dua rumah.
Fenomena dua rumah ini bisa jadi mempengaruhi tingkat kebahagiaan penghuninya.
Anda mau pilih yang mana? Mari kita perhatikan ulasan berikut ini.
Antara Dua Rumah
Rumah pertama mendatangkan banyak
kebaikan, mahluk – mahluk istimewa senang sekali mendatanginya, dan mahluk –
mahluk buruk pergi meninggalkannya. Rumah kedua kesesakan dirasakan penghuninya,
kebaikanya berkurang terus dan menjadi sangat sedikit, mahluk – mahluk buruk
mendatanginya dan mahluk – mahluk istimewa keluar menjauhinya.
Ini bukan perihal rumahnya sempit atau rumahnya mewah dan luas. Hal tersebut bisa saja terjadi pada rumah yang kecil atau rumah yang besar lagi megah.
Bagaimanakah kiranya dengan rumah
pertama? Jika rumah tersebut luas dan megah, dari dalamnya mengundang banyak
kebaikan, mahluk – mahluk istimewa terus menerus mendatanginya, mahluk buruk
yang membawa keburukan pergi keluar darinya, tentu ini menjadi rumah paling
nyaman untuk ditempati.
Orang yang tinggal di dalamnya
akan merasa bahagia, dan bisajadi rumah ini menjadi titik tolak banyak
aktivitas kebaikan yang dilakukan penghuninya saat beraktivitas di luaran. Rumah
yang menjadi titik tolak kebaikan dan tersebarnya banyak kebaikan karena di dalamnya
berkembang dan tumbuh sumber-sumber kebaikan dan terusirnya sumber – sumber keburukan.
Inilah rumah yang pertama.
Rumah yang kedua, merupakan rumah
yang tiba-tiba sumber-sumber kebaikan pergi meninggalkanya diganti dengan
datangnya sumber – sumber dan benih-benih keburukan. Kebaikan semakin sedikit,
yang menempati merasa sempit, dan keburukan datang menghimpit.
Rumah kedua ini bila terus begini
akan menjadi tempat bereproduksinya keburukan dan menjadi titik tolak
tersebarnya berbagai keburukan. Hal ini disebabkan oleh tumbuh dan berkembangnya benih –
benih keburukan di situ.
Rumah terasa membara, meski AC
dihidupkan di mana-mana, suram dan kegelapan menyelimutinya meski lampu terang
menyala. Penghuni ribut tak tentu alasanya, pandanganya sempit jiwapun merana. Tak
betahlah tinggal di dalamnya.
Anda pilih yang mana ?
Tentu kita mendamba yang pertama
bukan? Meski mungkin sebuah rumah kecil dan sederhana jika tumbuh kebaikan di dalamnya,
menjadikan nyaman orang yang menempatinya, menjadi titik tolak berbagai
kebaikan menyertai penghuni serta lingkungannya, tentu kita akan memilih yang
demikian itu. Apalagi jika rumah tersebut merupaka rumah yang luas lagi megah, wah
tentu ini menjadi hal yang istimewa.
Bagaimana kita bisa mendapatkan
suasana rumah yang seperti ini? Dan bagaimana pula suasana rumah kedua itu bisa
terbentuk?
Mari kita perhatikan tuntunan
dari sosok yang mengikuti petunjuk utusan Sang Maha Tau dan Maha Kuasa.
“Abu Hurairah r.a. berkata, “rumah yang di dalamnya dibacakan Al-Qur’an
menjadi banyak kebaikannya, para malaikat mendatanginya, dan setan keluar dari
rumah tersebut. Sedangkan rumah yang didalamnya tidak dibacakan Al-Qur’an
penghuninya merasakan kesempitan, kebaikannya menjadi sedikit, setan- setang
mendatanginya, dan para malaikat keluar dari rumah tersebut.” (Disebutkan oleh
Al Hafidz Hartanto Saryono,Lc dalam buku Tajwid Al-Qur’an Riwayat Hafsh dari ‘Ashim
; Diriwayatkan oleh Ibnu Al-Mubarak di dalam kitab Az-Zuhud).
Al-Qur’an adalah sumber kebaikan,
ketika ia dibaca maka akan tumbuh kebaikan. Malaikat adalah mahluk – mahluk istimewa
yang membawa kebaikan, merekapun akan datang terpanggil masuk kedalam rumah
yang di dalamnya dibacakan Al-Qur’an. Sumber kebaikan mengalir, benih – benih kebaikan
tumbuh, berbagai kebaikan berkembang dan menebar di dalam rumah sampai
kesudut-sudut ruangan.
Dari sinilah penghuni merasai kenyamanan dan ketentraman, kesejukan dan kebahagiaan. Al-Qur’an dibacakan dikala siang ataupun malam, penghuninyapun mengamalkannya dalam kehidupan.
Sebaliknya, mahluk – mahluk buruk
berdatangan saat tak ada sama sekali bacaan Al-Qur’an. Sumber keburukan datang
dan berkembang membuat penguhuni merasa tak nyaman, benih kebaikan pergi
menghilang berganti berbagai keburukan yang memenuhi ruangan.
Waspada kawan, mari kita lindungi
rumah kita dari hal-hal yang demikian. Mari kita hiasi rumah kita dengan bacaan
– bacaan Al-Qur’an kita. Membuatnya menjadi bercahaya sejuk dan nyaman bagi
siapa saja. Biarpun mungkin rumah kita sempit dan buruk rupa namun jika Al-Qur’an
bergema dan menjadi ruhnya, maka InsyaAllah ini akan menjadi sumber kebaikan
hidup kita.
Yuk Ngaji di Rumah.
Dua Rumah yang Berbeda, Pilih yang Mana?
Reviewed by Beni Sumarlin
on
16.18.00
Rating:
Tidak ada komentar: